Jejak Langkah Aam Abdussalam/ Abdussalam Nur Ahmad di era Reformasi


Kabar dari PIJAR
MENDUKUNG MEGAWATI UNTUK REFORMASI
Kronologi Aksi ALDERA di Lapangan Gasibu Bandung
Hari ini tanggal 21 Juli 1996 warga PDI bersama Aliansi Demokrasi Rakyat (ALDERA) melakukan aksi damai bersama di lapangan Gasibu Bandung. Aksi ini merupakan bentuk dukungan kepada Ketua Umum PDI, Megawati Soekarnoputri.
Aksi yang dikawal ketat oleh sekitar 1500 orang Pasukan Anti Huru-Hara Bandung lengkap dengan perangkatnya (4 mobil panser, Pasukan Tameng, intelijen) disertai dua truk pasukan dari Kostrad berjalan dengan baik. Sekitar dua jam kemudian, aksi bubar dengan tertib.
Beberapa menit setelah bubar, Pasukan diperintahkan untuk menangkap para demonstran dengan segala cara.
Berikut ini kronologi Aksi,
Minggu, 21 Juli 1996
Jam 09.00 WIB Massa mulai berkumpul di lapangan Gasibu, diperkirakan sekitar 1000 orang. Massa datang dari berbagai penjuru Bandung, baik dari mahasiswa, warga PDI dan masyarakat yang bersimpati terhadap Megawati Soekarnoputri. Menurut pengamatan tim investigasi kami. Kedatangan massa banyak dihambat oleh aparat dengan jalan menghentikan truk atau mobil yang penuh dengan warga masyarakat yang dipaksa untuk kembali pulang.
Jam 10.00 WIB Mimbar bebas dimulai, orasi dari para pendukung PDI. Massa dipaksa mundur ke tengah lapangan oleh aparat.
Jam 10.30 WIB Massa berupaya ditahan di tengah lapangan sementara sound system dan generator dirampas oleh aparat. Pimpinan massa langsung mengadakan negoisasi karena komandan polisi tetap melarang massa berkumpul. Polisi memaksa aksi untuk keluar dari lapangan Gasibu dan menawarkan truk untuk dibawa ke DPD PDI Jabar jalan Soekarno Hatta, tetapi massa bersikeras menuju DPD PDI dengan kendaraan sendiri.
Jam 11.30 Massa bergerak menuju ke arah utara yaitu jalan Surapati, yang selanjutnya menuju DPD PDI dengan kendaraan sendiri. Saat itu polisi menangkapi massa PDI dan aktivis mahasiswa dengan kekerasan. Riyanti, salah seorang aktivis PIJAR Indonesia dan ALDERA yang dikejar dan dirampas handy-cam nya. Rianty diteriakkan polisi untuk telanjang. Rianty sempat selamat dari pukulan dan pelecehan seksual karena diselematkan teman-temannya.
Jam 12.00 WIB Massa yang ada di sekitar Gasibu dan jalan Surapati diusir paksa, dalam insiden ini ada salah seorang penonton yang diusir oleh aparat tapi ditolak olehnya. Akhirnya ia diangkut juga bersama demonstran lain menuju kantor polisi. Orang ini kemudian diketahui adalah seorang dosen STT Telkom.
Jam 12,30 WIB Sekitar Gasibu dan jalan Surapati sudah sepi dari massa. Menurut tim pertama yang berangkat ke DPD PDI Jabar. Kantor DPD PDI Jabar telah diblokir oleh aparat kepolisian sehingga orang yang dari luar kantor tidak bisa masuk dan yang dari dalam tidak bisa keluar. Pada saat itu mulai banyak masa yang datang ke kantor DPD PDI Jabar, aparat yang memblokir membubarkan diri dan berjaga-jaga disekitar kantor DPD PDI Jabar.
Beberapa nama yang teridentifikasi oleh tim investigasi kami yaitu : 1. Ferdi S. , Ketua Aldera Bandung. Ditangkap dan dipukuli. 2. Total, aktivis Forum Kebudayaan Reformasi (FOKER) PIJAR Indonesia dan Aldera. Dipukuli kemudian ditangkap. 3. Oka Dwi Chandra, aktivis PIJAR Indonesia. Kepalanya bocor karena ditendang dengan sepatu lars polisi. 4. Asep Kusmana, aktivis Aldera. Ditangkap 5. Ferry, satgas PDI. Ditangkap 6. Asep S, pemilik sound system. Ditangkap dan peralatannya disita. 7. Dayhan, pemilik sound system. Ditangkap dan peralatannya disita. 8. Anggung, aktivis PDI. Ditangkap 9. Deddy Akbar, aktivis PDI. Ditangkap. 10. Ibu Juraidah, aktivis PDI. Ditangkap. 11. Ibu Yati, aktivis PDI. Ditangkap 12. Lina, satgas PDI. Ditangkap. 13. Roffi'i, aktivis PDI. Ditangkap. 14. Mulyadi, aktivis PDI. Ditangkap. 15. Dosen STT Telkom yang belum diketahui namanya, saat sedang menonton aksi tersebut. 16. Riyanti, aktivis PIJAR Indonesia dan Aldera. Handy-Cam nya dirampas dan disuruh telanjang.
Bandung, 21 Juli 1996, jam 14.00
Sampai jam 18.00, Total, Asep, Lina, dan dosen STT Telkom sudah dibebaskan. Sedangkan yang lainnya masih diusahakan untuk dibebaskan dengan membentuk Team Pembela Demokrasi Indonesia dan dari LBHN.
Dikeluarkan oleh ALIANSI DEMOKRASI RAKYAT (ALDERA)
------------0000000O0000000--------------
KRONOLOGI AKSI ALDERA MENDUKUNG MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Tgl. 22 Juli 1996
Pukul 14.30 - 15.00 : Peserta aksi sekitar 150 orang kumpul di lapangan parkir utara Universitas Pajajaran Bandung, untuk menyampaikan dukungan solidaritas terhadap Megawati Soekarnoputri, yang mana aksi inipun merupakan aksi protes terhadap pemukulan dan penangkapan aksi Aldera pada tanggal 21 Juli 1996 di lapangan Gasibu Bandung.
Pukul 15.00 - 15.30 : Mimbar bebas yang diiringi dengan pidato-pidato dukungan terhadap Megawati Soekarnoputri dan pembacaan sumpah mahasiswa dengan mengecam perilaku pemerintah dalam knflik PDI.
Pukul 15.30 - 16.00 : Masa bergerak menuju jalan Tengku Angkasa sebelah selatan (Jl. Hasanudin) untuk melakukan long march keliling Bandung, tiba-tiba sekitar 300 M bergerak dari kampus Unpad, massa ditahan secara paksa oleh aparat keamanan gabungan sekitar 500 orang dan massa menghindar menuju Monumen Perjuangan. Setiba di Monumen Perjuangan massa dibubarkan dengan cara paksa kemudian dipukul dengan brutal, dikejar-kejar, diseret dan akhirnya ditangkap dibawa ke POLWILTABES BANDUNG.
Atas peristiwa tersebut diatas kami dari ALDERA menyatakan untuk terus mendukung kepeloporan Megawati Soekarnoputri untuk tetap bertahan melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah dan untuk itu kami mohon seluruh kekuatan PRODEMOKRASI agar memberikan solidaritas dan semangat perjuangan yang pantang menyerah walau penjara sebagai taruhannya.
Bersama ini kami sampaikan para korban yang luka-luka maupun yang ditangkap oleh aparat keamanan.
a. Yang Luka-luka :
1. Aam (Mahasiswa IAIN). Bibir Sobek. 2. Gingin (Ketua DPD SBSI Bandung). Memar badan dan tangan. 3. Nova (PIJAR Indonesia). Memar badan dan tangan. 4. Ateng (Mahasiswa ASTI). Luka berat. 5. Rianty (PIJAR Indonesia). Luka pada kaki. 6. Belum diketahui namanya. Luka berat.
b. Yang tertangkap
1. Pius Lustrilanang (Aldera Pusat) 2. Bambang (Aldera - Bandung) 3. Hudaya (Aktivis PDI) 4. Ateng (mahasiswa ASTI) 5. Rianty (PIJAR Indonesia) 6. Oka (PIJAR Indonesia) 7. Feri (Aldera Bogor) 8. Dwi (Mahasiswa Unpar) 9. Rafael (Mahasiswa Unpar) 10. Johan (Mahasiswa Unpad) 11. Anton (Aldera) 12. Edi (Aldera) 13. Ari
Demikian kronologi ini kami beritahukan untuk mendapat dukungan sepenuhnya dari seluruh organisasi PRODEMOKRASI.
ALIANSI DEMOKRASI RAKYAT
Dikeluarkan di Bandung Tanggal 22 Juli 1996 Jam 16.30 WIB 


PenipuanCalo TKI Kabur Membawa Uang Ratusan Juta
Bandung, 27 Maret 2001 15:10
Ratusan juta rupiah uang milik 30 TKI (Tenaga Kerja Indonesia), amblas digondol Ibrahim, seorang calo tenaga kerja ke Brunei Darussalam. Ibrahim sendiri kabur entah kemana.Kecewa atas perbuatan Ibrahim, ke 30 TKI asal Bandung dan Cianjur ini, melaporkan hal tesrebut ke Mapolresta Bandung Tengah Selasa, didampingi tim dari Forum Studi dan Advokasi Sosial (FSAS), dibawah pimpinan Aam Abdussalam.Peristiwa itu bermula ketika dua bulan lalu, sebanyak 30 calon TKI mendaftarkan diri ke panitia penerimaan TKI, di SMIP Sandy Putra Jl Malabar Bandung, yang bekerjasama dengan Ibrahim, seorang calo tenaga kerja yang hingga kini tidak diketahui beralamat dimana.Setiap TKI membayar uang pendaftaran sebesar Rp 7,5 juta. Mereka dijanjikan akan berangkat ke Brunei pada bulan Pebruari 2001. Namun sampai batas waktu yang ditentukan mereka belum juga berangkat. Akhirnya mereka mempertanyakan hal itu ke pihak SMIP Sandy Putra dan menerima jawaban bahwa uang mereka akan dikembalikan oleh Ibrahim tanggal 25 Pebruari.Namun pada tanggal itu pun Ibrahim tidak muncul, hingga mereka meminta bantuan FSAS untuk melaporkan hal tersebut ke pihak kepolisian. Menurut Koordinator FSAS Aam Abdussalam, para TKI berharap agar aparat segera menangkap Ibrahim dan memeriksa pihak SMIP Sandy Putra.Aam menilai, tindakan Ibrahim dan SMIP Sandy Putra merupakan tindakan penipuan yang melanggar hukum. "Kami meminta agar aparat bertindak cepat supaya para TKI tidak merasa resah", ujar Aam seraya menambahkan, ke 30 TKI ini rata-rata para penganggur lulusan SLTA yang sangat membutuhkan pekerjaan.
************************

Jum'at, 23 Agustus 2002
N U S A N T A R A

Dewan Janjikan Selidiki Kasus KKN Gubernur Nuriana Bandung, Sinar HarapanDPRD Jabar berjanji untuk mempergunakan hak penyelidikan berkaitan dengan dugaan kasus KKN yang melibatkan Gubernur Jabar HR Nuriana. Janji ini disampaikan oleh Ketua Komisi A DPRD Jabar Rahadi Zakaria saat melakukan dialog dengan aktivis dari Forum Studi dan Advokasi Sosial (Forsas) Bandung.Dalam dialog yang diada-kan di Ruang Rapat Komisi A, Kamis (22/8), Koordinator For-sas Aam Abdussalam menyerahkan bukti-bukti indikasi penyimpangan dana APBD tahun anggaran 1999-2000 yang diduga melibatkan Nuriana. Menariknya, penyimpangan APBD dari Pos 2.14 dan 2.15 tersebut dimaksudkan untuk penanganan kasus KKN.”Besarnya dana yang disimpangkan mencapai Rp 192,8 miliar,” ungkap Aam. Dana tersebut mengalir ke rekening di Bank Jabar milik sejumlah pejabat penting di lingkungan Pemprov Jabar. Di antaranya senilai Rp 200 juta yang masuk ke dua rekening bank milik pejabat teras di Bappeda Jabar, AW, yang saat itu masih menjabat sebagai Asisten Tatapraja.Kemudian, dana sebesar Rp 595 juta yang mengalir ke rekening ASW, seorang pejabat penting di Biro Kepegawaian, Rp 236 juta yang masuk ke dua rekening bank milik AN, pejabat di lingkungan Biro Perlengkapan, serta Rp 375 juta ke rekening pejabat Biro Hukum berinisial EDK.Di samping itu, senilai Rp 209,5 juta yang mengalir ke rekening milik pejabat Biro Otda ES, Rp 43,4 juta yang dimasukkan ke rekening pejabat Setda Biro Umum berinisial IP, Rp 20 juta yang masuk ke rekening pejabat Biro Hukum AAN, Rp 15 juta ke rekening pejabat Biro Perekonomian AR, Rp 5 juta ke pejabat Biro Organisasi serta Rp 10 juta ke rekening pejabat DPRD I berinisial DRH.Menurut Aam, ada 3 bentuk penyimpangan penggunaan dana yang berasal dari Pos 2.14 dan 2.15 tersebut. Pertama, penyimpangan terhadap kriteria peraturan yang berlaku sebanyak 5 kasus, kemudian 3 kasus penyimpangan yang mengganggu asas kehematan. Yang terakhir adalah 3 kasus yang mengakibatkan tidak tercapainya program yang direncanakan.Aam menyatakan dalam kurun waktu 3 tahun ini tidak ada tanda-tanda keseriusan dari aparat penegak hukum untuk menuntaskan kasus tersebut. Itulah sebabnya Aam menyerahkan bukti-bukti indikasi kasus KKN itu kepada DPRD Jabar dengan harapan dapat ditindaklanjuti.Menanggapi keinginan tersebut, Rahadi menyatakan pihaknya akan mempergunakan hak penyelidikan. ”Apalagi bukti-bukti itu merupakan data penting bagi kami untuk dapat melakukan penyelidikan,” ujar Rahadi. Rahadi mengatakan tidak menutup kemungkinan dewan akan memanggil sejumlah pejabat penting di jajaran Pemprov Jabar yang diindikasikan terlibat untuk dimintai keterangannya. (dio)
Copyright © Sinar Harapan 2002


DTI Desak Pemerintah Hentikan Krisis Beras
DIPONEGORO, (Galamedia ).-Pemerintah diminta untuk segera menghentikan krisis beras dan menurunkan harga bahan makanan pokok yang saat ini melangit. Sebab itu, pemerintah harus memiliki kebijakan dengan melakukan koordinasi lintas instansi yang memihak kepada petani.Demikian diungkapkan Ketua Dewan Tani Indonesia (DTI) Jabar, Aam Abdussalam di tengah-tengah aksi unjuk rasa di Gedung Sate, Jln. Diponegoro Bandung, Selasa (6/3).DTI juga meminta agar pemerintah menolak liberalisasi pertanian karena hal itu dinilai merugikan petani sendiri. Sebab yang diuntungkan dari liberalisasi pertanian itu hanyalah para cukong dan tengkulak yang mengatasnamakan petani.Pemerintah juga, kata Aam, diminta segera melakukan reformasi di tubuh Bulog sebagai lembaga pengatur stabilisasi harga dan distribusi beras. Dengan demikian, akan tercipta Bulog yang cepat dan efektif dalam penanganan setiap persoalan perberasan nasional.Ia menambahkan, untuk keluar dari krisis beras semua upaya tak akan berhasil tanpa adanya political will dari pemerintah dalam mendorong semua lini masyarakat guna mewujudkan ketahanan pangan sebagai kesepahaman bersama.Pencapaian swasembada beras, masih kata Aam, dapat ditempuh melalui pendekatan peningkatan produktivitas lahan yang didukung perbaikan infrastruktur pengairan.Ancaman kelaparanMenurut Aam, kelangkaan beras dengan harga tinggi membuat rakyat kecil menjerit. Pemandangan antrean rakyat yang membeli beras terjadi di setiap daerah dan menjadi ancaman kelaparan terhadap bangsa ini. "Ini sangat ironi jika terjadi karena negeri Indonesia memiliki tanah air yang subur," katanya.Aam menjelaskan, krisis beras pernah terjadi jauh sebelum negara ini merdeka, yakni pada 1655 dan 1847. Pada 1847 bahkan untuk pertama kalinya impor dilakukan dari Saigon dan Cina untuk mengantisipasi kenaikan yang waktu itu mencapai 200%. Krisis beras terjadi pula pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, kemudian saat ini."Jika permasalahan ini tidak diantisipasi secara sungguh-sungguh, misalnya pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan produktivitas pangan, masalah beras ini akan menjadi masalah terus," kata Aam. (B.83)**


Tinjau Kebijakan Raskin

Kupang, Kompas - Bantuan pengadaan beras untuk rakyat miskin atau raskin di Nusa Tenggara Timur sebaiknya ditinjau kembali. Sebab, kebijakan itu telah merusak mental dan semangat sejumlah petani untuk mengolah lahan.
Sebaiknya raksin diprioritaskan bagi warga yang benar-benar kesulitan pengadaan pangan dan tinggal di areal lahan kritis. Demikian ditegaskan Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Nusa Tenggara Timur (NTT) Piet Muga di Kupang, Jumat (9/3). Menurut dia, program pendistribusian raskin dengan harga Rp 1.000 per kg per kepala keluarga bagi petani secara keseluruhan sangat merugikan produksi pertanian di areal sentra produksi. "Di NTT, para petani yang tinggal di sentra-sentra produksi, seperti di Mbay dan sejumlah daerah sentra produksi di Manggarai, Ngada, dan Timor Tengah Utara, dibagikan raskin. Sebelum program raskin itu ada, petani di daerah-daerah sentra produksi itu rajin bekerja dan menanam padi. Tetapi, sejak ada program raskin, mereka malas bekerja. Ini sangat berbahaya," kata Muga.
Sejumlah areal pertanian potensial yang selama ini dikenal sebagai sentra produksi padi tidak digarap lagi oleh petani, dengan alasan akan mendapatkan beras bantuan. Ada ratusan bahkan ribuan hektar lahan sawah di NTT yang tidak digarap sejak tiga tahun terakhir ini.
Areal persawahan pun ditinggalkan, apalagi pertanian lahan kering yang hanya mengandalkan hujan. Para petani benar-benar sudah jenuh mengolah lahan pertanian dengan alasan selalu gagal panen akibat kekeringan.
Di Bandung, Ketua Pengurus Dewan Tani Indonesia Wilayah Jawa Barat Aam Abdussalam kemarin mengingatkan, untuk mewujudkan ketahanan beras di Indonesia, perlu ada kemauan politik (political will) pemerintah. Dalam kaitan itu, Perum Bulog dan Departemen Pertanian perlu bersinergi menjalankan kebi- jakan yang berpihak kepada petani. (KOR/JON)